Oleh: Ummi-online Anak rewel bisa terjadi kapan saja dan di mana saja. Penyebabnya bermacam-macam, di antaranya: anak merasa tidak nyam...
Oleh: Ummi-online
Anak rewel bisa terjadi kapan saja dan di
mana saja. Penyebabnya bermacam-macam, di antaranya: anak merasa tidak nyaman
dengan suasana, anak menginginkan sesuatu atau anak ingin mendapatkan perhatian
orang tua.
Saat anak rewel tidak semua orangtua bisa
bersikap bijak menyikapinya. Terutama saat orangtua sedang dalam kesibukannya.
Karena itulah terkadang orangtua menggunakan jurus yang dirasa jitu untuk
membuat anak segera diam dan tidak lagi rewel. Tanpa disadari, ternyata hal ini
bisa berdampak buruk dalam pembentukan karakter anak.
Dan berikut ini adalah 4
cara instant yang dilakukan orangtua untuk membuat anak
berhenti merengek namun berpengaruh buruk dalam pembentukan karakter dan
kepribadian anak:
1.
Membentak, memukul atau menggunakan cara kasar
lainnya
Cara ini dilakukan orangtua dengan maksud
agar anak segera diam dan tidak lagi rewel. Padahal membentak mengakibatkan
ribuan sel otak anak yang seharusnya berkembang menjadi layu dan mati.
Apalagi mencubit dan memukul.
Selain menyakiti fisik sang anak, hal ini
juga tentu saja akan menyakiti hati dan perasaan anak. Sebagai efek jangka
panjangnya, anak akan tumbuh menjadi sosok yang takut dalam mengambil
keputusan, tidak berani mengeluarkan pendapat atau justru mengikuti perilaku
orangtua yaitu memiliki kepribadian yang pemarah dan ringan tangan (mudah
memukul).
2.
Memberikan HP atau game
Cara ini terkesan aman,
namun sebenarnya menjadi awal dari masalah yang lain karena menimbulkan potensi
anak menjadi kecanduan game. Saat anak
menjadi pecandu game, maka dia akan enggan
bersosialisasi dan menjadi kurang gerak. Dirinya akan sibuk dengan dunianya
sendiri. Apalagi jika jenis game nya sarat
dengan kekerasan, tentu akan berpengaruh pada karakter sang anak.
3.
Membohongi anak
“Nanti mama belikan sepeda kalau adek
berhenti menangis”. Orangtua menginginkan anak berhenti menangis atau rewel
dengan memberikan janji sebuah imbalan. Namun setelah sehari dua hari janjinya
tak juga ditepati. Saat anak menagih, orangtua berkelit dengan seribu satu
cara. Berdalih menunggu gajian atau hal lainnya dan mengharapkan anak lupa
dengan janjinya. Anak akan mendapatkan kesimpulan bahwa orangtua telah
berbohong. Secara tidak langsung orangtua telah mengajarkan kepada anak untuk
mudah berjanji namun tidak memiliki komitmen untuk menepati.
4.
Menakut-nakuti
Menakut-nakuti anak terkadang dilakukan oleh
sebagian orangtua untuk meredakan tangisan anak. Misalnya: “Awas jangan nangis,
nanti ada ondel-ondel datang lho”. Anak yang sejak awal memang sudah takut
dengan pengemis yang datang ke rumah dengan mengenakan kostum ondel-ondel, akan
langsung diam.
Sejatinya, diamnya karena ketakutan.
Sementara orangtua menganggap masalah sudah selesai saat anak berhenti
menangis. Padahal, trauma kejiwaan anak justru menjadi lebih parah.
Maka hendaknya dalam
menenangkan anak janganlah mengambil jalan pintas seperti diatas. Sekilas
memang memberikan solusi, namun sebenarnya hanyalah solusi sementara. Akan
muncul masalah baru yaitu munculnya perilaku anak yang pemarah, penakut,
pembohong atau pecandu game.
Dalam mendidik dan membesarkan anak memang
diperlukan ekstra kesabaran. Hendaknya orangtua dapat menenangkan anak dengan
kesabaran, pelukan dan kata-kata yang lembut.
Selain itu, juga diperlukan ilmu. Karena itu,
sebaiknya orangtua memperkaya diri dengan ilmu parenting dan juga ilmu lainnya
yang selaras dengan pendidikan anak. Termasuk dalam hal ini terus mempelajari
Al-Qur’an karena Al-Qur’an mengajarkan berbagai hal dalam kehidupan, seperti
kesabaran, tanggung jawab orang tua, dan lainnya.
COMMENTS